Sunday, 25 May 2014

Skripsi part I

Saat ini saya sudah mentok dengan apa yang saya lakukan. Segala cara saya coba untuk membuat korelasi yang bagus antara trace seismik dengan seismogram sintetik. Tiga minggu lebih saya melakukan ini namun hasilnya masih sia-sia. Ini baru 10 persen dari langkah skripsi saya. Beberapa jurnal sudah saya pelajari dan contoh skripsi pun sudah saya baca. Topik yang saya ambil sebenarnya terlalu jauh. Apalagi saya belajar sendiri mengenai teori-teori yang saya kerjakan. Tidak ada kakak tingkat yang mengerjakan ini dan saya orang pertama dikampus saya mengambil topik skripsi tentang inversi. Memang tidak mudah.


            Well seismic tie. Proses ini yang sedang saya lakukan sekarang. Data seismik yang tidak terlalu jelas dan tipisnya reservoar membuat saya kesulitan dalam membedakan antara shale, sand dan poros sand. Ekstrak wavelet sudah saya lakukan selama tiga minggu. Namun hasilnya nihil langkah saya masih jauh. Padahal aktu saya tinggal 2 bulan lagi entahlah selesai atau tidak.


            Sikap optimis selalu ada dalam diri saya. Kebanggan tersendiri juga saya miliki sekarang. Karena merupakan orang pertama dalam kampus saya yang melakukan ini.walaupun universitas lain melakukan hal ini sudah banyak. Skripsi buat saya tidak hanya untuk memberi nilai tambahan pada sidang nanti, namun ada pelajaran yang berharga selain itu.


Selalau berdoa sebelum mengawali aktifitas


            Kalo membaca tulisan motivasi bisanya doa merupakan usaha teraakhir. Bagi saya doa merupakan usaha yang harus dikerjakan diawal. Karena dengan doa kerjaaan kita akan dibantu oleh Allah. Lakukan shalat duha sebelum beraktifitas.


Kesabaran


Mungkin inilah yang perlu saya lakukan ketika melihat data yang tidak sesui dengan harapan. Berbagai cara sudah saya coba. Namun hasilnya kurang memuaskan.


Ketelitian dan ketekunan


Ekplorasi dan pembuatan model  merupakan salah satu cara untuk memprediksi isi perut bumi ini. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan ketekuanan dalam membuat model. Korelasi yang jelek akan manghsilkan nilai yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.


Lebih giat mencari ilmu


            Ternyata ilmu itu luas. Saya kira apa yang saya pelajari selama beberapa tahun ini sudah cukup untuk melakukan analisa ini. Ternyata tidak, masih banyak ilmu yag harus saya pelajari terutama ilmu-ilmu dasar dan terapan. Saya yakin tidak ada suatu ilmu yang tidak bermanfaat. Selain itu saya percaya bahwa orang yang berilmu itu akan ditinggikan derajatnya oleh allah.


Enjoy dan cintai pekerjaan


Merasa  enjoy tenang dan mencitai pekerjaan itu perlu. Jangan menjadikan hal ini sebagai paksaan karena hasilnya tidak akan maksimal. Cintailah pekerjaan yang dilakukan niscaya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan biasa saja.


Melatih mental


Ini yag terpening buat saya sebagai seorng yang pembelajar, sifat jangan menyerah dan tidak akut gagal adalah sangat penting. Karena banyak orang bilang dunia kerja lebih keras dan lebih ruwet dibandingkan dengan masa perkuliahan

1 comment:

  1. rikypandita@gmail.com30 May 2014 at 13:47

    Salam Kenal Defi,

    Mohon maaf saya nyasar di blog mu dan ingin nimbrung tentang apa yang dimaksud dengan well seismik tie (walaupun sebenarnya tulisanmu tentang motivasi). Kebetulan saya juga pernah mengalami kesulitan yang sama. Pada prinsipnya well seismic tie adalah proses mengikat antara data sumur (biasanya diwakili log, etc) dengan data seismic. Umumnya orang banyak terjebak bahwa pada saat well seismic tie, sintetik dan seismik harus berada pada korelasi yang tinggi. Pendapat itu memang benar, namun kalau kita kaji lebih dalam lagi, prinsip well seismic tie adalah sumur dengan seismik, bukan sintetik dengan seismik. Biasanya orang banyak terkecoh karena 'hanya' melihat sintetiknya saja tanpa pernah memperhatikan lognya sendiri. Sintetik adalah model representatif dari sumur apabila kita konvolusikan dengan wavelet, disinilah letak biasnya, karena kita umumnya menggunakan wavelet yang kita anggap sama dengan seismic, padahal belum tentu juga. Yang kedua, jangan terlalu berpatokan pada tinggi rendah nilai korelasi. Kadang kala nilai tersebut bergantung juga pada berapa window yang kita gunakan pada saat proses tersebut. Semakin kecil window, misalkan 10 ms tentu saja akan menghasilkan korelasi yang baik dibandingkan dengan menggunakan window 200 ms.

    Salam,
    Riky H

    ReplyDelete