Friday, 3 April 2015

Abdurrahman bin Auf (seorang yang kaya namun dermawan)

emas


Pada kesempatan ini saya akan bercerita mengenai sahabat nabi yang kaya raya namun ia sangat dermawan dia adalah Abdurrahman bin ‘Auf. Dialah salah satu dari enam sahabat yang terpilih sebagai ahli syura (dewan musyawarah) ketika hari pemilihan khalifah setelah al-faruq. Dia adalah salah satu dari delapan yang pertama masuk islam. Salah satu dari sepuluh orang yang mendapatkan kabar gembira masuk surga.



Kapan Abdurrahman bin ‘Auf masuk islam ?


‘Abdu ‘Amr merupakan nama Abdurrahman bin ‘Auf sebelum masuk islam. Dia masuk islam di saat-saat permulaan dakwah. Dia masuk islam sebelum Rasulullah memasuki rumah Arqam. Abu Bakar datang kepadanya untuk menyampaikan islam termasuk kepada Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubedillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Semenjak keislamanya sampai berpulang menemui Tuhanya dalam umur tujuh puluh lima tahun ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang mu’min yang besar. Hal ini menyebabkan Rasulallah memasukanya dalam 10 orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga



Kisah kedermawanan Abdurrahman bin ‘Auf


Pada suatu hari kota madinah kedatangan jumlah rombongan kafilah yang besar dan panjang. Jumlah kendaraan yang ikut dalam rombongan tersebut sampai 700 kendaraan. Mereka membawa bahan-bahan untuk kebutuhan manusia. Mulai dari bahan-bahan makanan hingga perhiasan. Karena banyaknya rombongan yang ikut sehingga debu-debu yang ada di kota madinah mengepul ke udara. Ketika mendengar suasan yang ramai itu Aisyah r.a bertanya “ apakah yang telah terjadi di kota Madinah ini?”. Seseorang mengatakan kepadanya “ suara kafilah dagang Abdurrahman bin ‘Auf dengan 700 unta membawa bahan makanan dan perhiasan. Setelah mendengar kabar itu, seolah olah Aisyah mengingat kejadian yanag pernah diucapkan Rasulallah SAW. Semoga allah memberkahi harta yang diberikan di dunia ini, dan harta akhirat tentu lebih banyak dan lebih besar. Sungguh aku telah mendengar rasulallah SAW bersabda:


“Abdurrahman bin ‘Auf masuk ke dalam surga dengan merangkak”


Perkataan Aisyah r.a ini terdengar ke telinga Abdurrahman bin ‘Auf. Dengan cepat kilat ia langsung menanyakan ke Aisyah.” Wahai ibu, apakah engkau mendengarnya dari Rasulallah SAW” kata Abdurrahman bin ‘Auf. “ Ya, aku mendengarnya sendiri” jawab Aisyah


Kegembiraan dan kebahagiaan membawa Abdurrahman bin ‘Auf terbang melayang ke awang-awang.” Aku akan lakukan apa saja agar aku bisa masuk surga dengan berdiri, wahai Ummul Mukminin! Persaksikanlah semua kafilah dengan dagangan ku ini beserta bawaan mereka dan pelana serta segalanya aku infakan di jalan Allah”kata Abdurrahman. Sejak itu, cahaya indah berupa kabar gembira masuknya Abdurrahman ke dalam surga semakin terang. Lebih banyak lagi dalam menyumbangkan harta untuk Allah


Keberuntunganya dalam perniagaan sampai batas yang membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban dan keheranan, hingga katanya” sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan dibawahnya emas dan perak”. Perniagaan bagi abdurrahman bin ‘Auf bukan berarti rakus, bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria!. Malah itu adalah suatu amalan dan tugas kewajiban yang keberhasilanya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban dijalan-Nya.



Keberhakan harta Abdurrahman bin 'Auf.


Kehidupan abdurrahman bin ‘Auf di Madinah baik masa Rasulallah hidup ataupun sudah wafat terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan dijadikannya pokok perniagaan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya ini ditujukan untuk mencari ridha Allah semata, sebagai bekal di alam baqa nanti.


Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat karena ia selalu bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan dari perbuatan haram bahkan syubhat. Seterusnya yang menambah kejayaannya dan memperoleh berkat, karena labanya tidak hanya untuk Abdurrahman sendiri tapi didalamnya terdapat bagian Allah yang ia penuhi dengan setepat-tepatnya, dan digunakan pula untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan serta membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan tentara islam..


Pada suatu hari ia mendengar Rasulallah SAW. Bersabda


” Wahai Ibu ‘Auf anda termasuk orang kaya.. dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan…! Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah , pasti Allah mempermudah langkah anda..!”


Semenjak ia mendengar nasehat Rasulallah ini ia menyediakan bagi allah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipat ganda.


Di suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu bagi-bagikanya untuk keluarganya dari bani Zuhrah untuk para istri nabi dan untuk kaum fakir miskin.


Peristiwa lain yang mengenai Abdurrahman bin ‘Auf adalah ketika Khalifah Umar bin Khatthab akan wafat ia memilih enam orang ahli syura tokoh dari para sahabat Rasulallah. Sebagai ahli syura agar memilih salah satu di antara mereka untuk menjadi khilafah baru. Jari-jari tangan menunjuk ke Abdurrahman bin ‘Auf untuk menggantikan Ummar bin Khatthab. Bahkan sebagian sahabat telah menegaskan bahwa dialah yang berhak dari ke enam orang itu untuk menjadi khilafah. Maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata “ Demi Allah, daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih baik ambil pisau lalu taruh keatas leher ku, kemudian kalian tusukkan sampai ke sebelah…!


            Demikianlah baru saja kelompok enam ahli syura itu mengadakan pertemuan untuk memilih salah seorang yang akan menggantikan Umar bin Khattab. Sikap Zuhudnya terhadap jabatan pangkat ini dengan cepat telah menempatkan dirinya sebagai hakim di antara lima orang tokoh terkemuka. Mereka menerima dengan senang hati agar Abdurrahman bin ‘Auf menetapkan pilihan khilafah itu terhadap seorang di antara mereka berlima, sementara Imam Ali berkata “ aku pernah mendengar Rasulallah saw. Bersabda bahwa anda adalah orang yang dipercaya oleh penduduk langit dan dipercaya pula oleh penduduk bumi…!


Oleh itu Abdurrahman bin ‘Auf memilih utsman bin Affan untuk menjabat sebagai khilah menggantikan Umar bin Khatthab dan yang lainya menyetujui.


Di saat kematiannya menjemput, ia bebaskan budak-budak miliknya. Ia berwasiat agar memberi seratus prajuri badar yang masih hidup, masing-masingnya empat ratus dinar emas. Dan mereka semua mengambil pemberianya itu. Belum berhenti ia mewasiatkan agar memberi para istri nabi SAW dengan harta yang sangat banyak. Sampai-sampai Aisyah tak henti-hentinya mendoakanya dengan sebuah doa “ “emoga allah memberikan minuman kepada Abdurrahman bin ‘Auf dari air salsabil (salah satu mata air di surga)”


Hingga dia meninggalkan harta yang tak terhitung jumlanya kepda ahli warisnya. Seribu unta dan seratus kuda serta tiga ribu kambing. Masing-masing istrinya yang berjumlah empat mendpatkan jatah delapan puluh ribu. Semua ini berkat doa keberkahan pada harta yang dipanjatkan oleh Rasulallah SAW untuk Abdurrahman bin ‘Auf. Namun harta yang sangat banyak melimpah itu tidak membuat Abdurrahman bin ‘Auf terfitnah dan terlena. Tak pula merubah sikapnya. Sampai-sampai ketika abdurrahman bersama budaknya,orang-orang tidak bisa membedakan mana abdurrahman mana budaknya. Abdurrahman bin Auf meninggal dunia pada tahun ketigapuluh dua hijriyah.



Sumber:



  • Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, CV Diponogoro, Bandung

  • Sirah Sahabat Kisah Indah dan sejarah Gemilang Generasi Terbaik Umat. Pustaka Al-Haura

0 comments:

Post a Comment